milenialnews.web.id merupakan portal yang dihadirkan untuk melengkapi kebutuhan informasimasyarakat

Search This Blog

Petani Karet di Jambi Terjerat Tengkulak

Seorang petani menyadap karet. TRIBUNJAMBI/SUANG

MUARA BULIAN, TRIBUN - Akibat rumitnya tata niaga karet, petani karet di Batanghari akhirnya memilih menjual getah karetnya ke tengkulak. Selain lebih mudah, tengkulak juga bersedia membayar sebelum getah dikirimkan. Sehingga tidak perlu proses lelang, yang mengharuskan ada barang, ada uang.

Belum lagi, ongkos angkut ke tempat pelelangan tidak sedikit. Kondisi ini membuat petani karet kecil memilih ke tengkulak. Begitu juga kalau menjual ke pabrik, petani disyaratkan memiliki delivery order (DO). Sehingga hanya petani karet klasifikasi besar yang bisa memenuhi persyaratannya.

"Diduga kondisi itulah yang membuat kalangan petani lebih memilih ke tengkulak, tak peduli mereka membeli karetnya dengan model ijon. Imbasnya, petani karet dengan lahan satu hingga tiga hektare akhirnya menjadi bulan-bulanan tauke. Merek bisa mendiktekan harga dengan memberikan sejumlah kemudahan.

"Ironisnya, tidak sedikit petani justru mengaku terbantu dengan kondisi ketergantungan itu. Ipul semisal, petani karet di Kecamatan Muara Bulian, dia mengaku lebih memilih menjual ke tauke atau tengkulak karena bisa menjual getah kapan saja, dan bayarannya saat itu juga.

"Harganya lumaya bagus. Sekarang kami jual getah Rp 14.500 per kilo. Kalau jual sepikul (100 kilogram), duitnya sudah lebih dari satu juta," katanya, Sabtu pekan lalu.

Bapak empat anak ini menambahkan, selama ini tengkulak tempatnya menjual karet juga selalu memberikan kemudahan, termasuk mendapatkan apa yang diinginkan. "Kalau mau pinjam uang pasti dikasih. Pembayarannya dilakukan dengan cara dipotong setiap kali menimbang getah," ungkapnya.

Asnawi, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Disbun menyebut, sebagian besar petani tergantung ke tauke penjualannya, bahkan kemungkinan mencapai 80 persen.

"Petani enggan menjual ke Pasar Lelang di Panerokan, Kecamatan Bajubang, karena pertimbangan biaya angkut. Ke pabrik, bagi petani kecil kendalanya tidak punya DO.

"Kalau bawa ke pasar lelang biayanya cukup besar. Selain itu, sebagian besar petani kita sudah terikat dengan tengkulak. Petani terjerat utang kepada taukenya," ungkapnya. (suang)

Sumber: disini
Labels: perkebunan

Thanks for reading Petani Karet di Jambi Terjerat Tengkulak. Please share...!

0 Comment for "Petani Karet di Jambi Terjerat Tengkulak"

Back To Top