milenialnews.web.id merupakan portal yang dihadirkan untuk melengkapi kebutuhan informasimasyarakat

Search This Blog

Scooter Satukan Jiwa Pengagumnya

Deru mesinnya terdengar garang. Kepulan asap berwarna putih kehitaman menyembul dari knalpot, terbang tinggi menuju angkasa. Puluhan pecinta scooter yang sedang ngumpul dil Lapangan Garuda menikmati suasana itu.  
TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG

BENI, seorang diantara pecinta dan pemilik scooter itu berdiri di samping scooternya yang bernuansa ekstrim. Scooter yang punya aneka warna itu memiliki tambahan dua roda di samping kiri, yang berfungsi menopang sebuah tempat duduk tambahan, yang dirakit untuk penumpangnya.

Pria berkulit putih itu bukanlah warga Jambi. Ia datang jauh-jauh dari bumi sriwijaya ke bumi serentak bak regam, Kabupaten Batanghari, untuk menghadiri acara ulang tahun scooter of batanghari yang ke 10. "Rombongan kami berangkat Jumat pagi, dan baru tiba disini Sabtu pagi," katanya kepada Tribun.

Perjalanan satu hari satu malam itu mereka tempuh dengan meunggangi scooter masing-masing. Dalam perjalalan itu, ucapnya, sempat terjadi trouble, sehingga waktu perjalanannya semakin lama. Harusnya, menurut pengalamannya, mereka sudah bisa sampai di Jambi Jumat (22/4) malam.

"Begitulah perjalanan naik scooter. Kendaraan yang sudah tua kadang membuat perjalanan tidak bisa mulus. Tapi justru disitu juga seni dan kenikmatannya," ucap pria berkulit putih itu, minggu (24/4).

Ia menjelaskan, ketika scooter dari seorang rombongan mogok atau rusak, anggota yang lain tidak akan meninggalkannya. Semua akan membantu memperbaikinya secara bersama-sama. Semua suka dan duku dalam perjalanan menjadi milik bersama. "Apa yang dirasakan kawan harus kita rasakan juga. Susah senang kita sama-sama," ucapnya.

Joni Vespa, satu diantara pendiri Scooter of Batanghari, juga mengungapan hal yang sama. Dalam klub scooter,  katanya, yang paling ditanamkan dalam diri anggota adalah kebersamaan dan kekompakan. "Kami sudah seperti sebuah keluarga. Bukan hanya dengan anggota satu klub saja, tapi juga dengan anggota klun scooter di daerah lain," ujarnya.

Adanya jiwa persaudaraan dan kebersamaan itu pula yang menurutnya mebuat semua klub scooter dari semua kabupaten dan kota di Jambi, dan beberapa dari luar Propinsi Jambi, datang dan berkumpul di Muara Bulian selama dua hari. Scooter yang hadir dari berbagai tipe, mulai dari yang standar hingga ekstrim.

"Semua datang dengan biaya sendiri. Kami juga tidak menyiapkan tempat bagus untuk tempat mereka tidur dan istrahat. Semua satu rasa tidur dan istrahat di dalam tenda yang kami bangun di lapangan ini," tuturnya.
Pria yang sudah naik scooter hingga ke negeri rencong itu menyebut pecinta scooter bukanlah orang-orang yang tidak tahu aturan, dan bukan pula warga negara yang berhati jahat. Tampilan anak jalanan yang banyak terlihat pada diri anak scooter sesungguhnya hanya menunjukkan kesan kesederhanaan.

"Mungkin ada yang penampilannya seram, tapi saya yakin hati anak-ana scooter itu selalu baik. Iman anak scooter berpenampilan asal-asalan itu juga tak saya ragukan," ujarnya sembari mengangkat kedua jempol tangannya, menggambaran rasa kagumnya akan iman anak scooter. Selain itu, ia juga menyebut anak scooter bukanlah anak mami, dan bukan orang yang suka membeda-bedakan manusia.

Pada hari ulang tahunnya yang ke-10 kemarin, Scoobari dan anak scooter yang lain tidak sekedar kongkow dan konvoi. Ada kegiatan sosial yang mereka laksanakan bekerjasama dengan dinas kependudukan, catatan sipil dan keluarga berencana (Disdukcapil KB) Batanghari.

Mereka membuat kegiatan sunatan massal, sosialisasi keluarga berencana, pembagian alat kontrasepsi, dan kegiatan yang lain. Semuanya itu diberikan secara gratis kepada masyarakat Batanghari selama sabtu dan minggu kemarin.

"Kami sangat mendukung acara ini. Selain perayaan ulang tahun, mereka memikirkan apa yang akan diberikannya kepada masyarakat. Ini nilai plus untuk sebuah klub scooter, yang telah menunjukkan imej positif dimata masyarakat kita," kata Ardian Faisal, Kepala Disdukcapil KB Batanghari, yang sekaligus sebagai penasehat Scoobari.

Hari sudah terik. Puluhan scooter berbagai bentuk dan unik itu saatnya melakukan touring mengelilingi kota Muara Bulian yang kecil namun bersahaja. Kepulan asap dari knalpotnya membubung menuju langit, memberikan kepuasan bagi para pecintanya, dan menjadi tontonan menarik warga Muara Bulian. (Suang Sitanggang)

Tulisan ini telah dimuat di Harian Pagi Tribun Jambi  ( www.tribunjambi.com )

Debu Untuk Rakyat, Dolar Untuk Pengusaha

Oleh Suang Sitanggang, jurnalis muda yang masih belajar

HAMPIR setiap hari aku menyaksikan sebuah bentuk penjajahan secara tidak langsung kepada rakyat di negeri ini, terutama kepada masyrakat Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Setiap hari masyarakat Batanghari, terutama yang tinggal di pinggir jalan lintas merasakan penderitaan, yang entah mereka sadari atau tidak.

Kabupaten Batanghari merupakan kota lintas. Tiap hari ribuan angkutan barang dan angkutan umum melintas di daerah ini. Kebanyakan angkutan barang, yang datang dari berbagai daerah. Di dalam angkutan itu terdapat berbagai jenis barang yang nilainya jutaan bahkan mungkin ratusan juta rupiah.

Untuk siapa barang itu? Jawabannya bukan untuk masyarakat batanghari. Barang tersebut hanya menumpang lewat saja di daerah yang punya motto serentak bak regam itu. Rakyat hanya menyaksikan berbagai jenis barang, yang mungkin ingin mereka miliki, numpang lewat di hadapan mereka.

Namun yang lebih menyedihkan adalah banyaknya angkutan batubara yang melintas tiap hari. Jumlahnya mungkin antara 400-600 tronton yang mengangkut batubara dari beberapa kabupaten menuju Pelabuhan Talang Duku.

Angkutan itu membawa muatan yang beratnya puluhan ton, yang jelas telah melebihi tonase berdasarkan sumbu kendaraan, dan tak sesuai lagi dengan daya tahan jalan. Akibatnya adalah ruas jalan di Kabupaten Batanghari hancur total. Jalan berubah menjadi kubangan dikala hujan, dan debu beterbangan kala kemarau.

Debu tersebut secara otomatis berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, terutama mereka yang rumahnya berada di pinggir jalan. "Kami hanya makan debu tiap hari," kata Abddulah, seorang warga kepada penulis. Sedangkan keuntungan yang mereka dapatkan dari banyaknya angkutan batubara itu? "Tidak ada, mereka hanya lewat begitu saja, dan jalan ini tiap hari semakin rusak," sebutnya.

Mereka memang tidak dapat apa-apa dari angkutan batubara yang berseliweran tiap hari, selain bibit penyakit yang terkandung dalam debu, yang masuk ke dalam tubuh mereka. Mereka hanya menjadi penonton di negeri sendiri, penonton yang menahan rasa sakit, diatas kegembiraan dan keuntungan yang diperoleh pengusaha batubara.

Sedangkan pengusaha, yang sudah merusak jalan yang dibuat pemerintah untuk kepentingan masyarakat itu, dibiarkannya hancur lebur, tanpa peduli berapa banyak yang sudah menjadi korban atas kerusakan jalan yang diakibatkan angkutannya.

Rasanya di negeri ini memang sulit menemukan bentuk keadilan. Masyarakat selalu hanya menjadi penonton dan penderita atas modal yang ditanamkan oleh pengusaha. Sementara pengusaha terus berkelimpahan dolar, rakyat terus terkungkung bersama debu yang beterbangan. Semoga saja, pemerintah sebagai pengayon rakyat, bisa menjadi penengah, mencari solusi atas derita yang dialami rakyatnya. Semoga.
Briptu Norman Bikin Polisi Jadi Humanis

Briptu Norman Bikin Polisi Jadi Humanis

GORONTALO, KOMPAS.com — Pengamat budaya dan sosial dari Universitas Negeri Gorontalo, Suleman Bouti, menilai aksi video lagu India yang diperagakan oleh Brigadir Satu Norman Kamaru menjadikan polisi sebagai sosok yang lebih humanis di mata masyarakat.

"Bagi saya ini adalah penanda, saatnya polisi tampil lebih humanis sebagai pelayan sekaligus pengayom masyarakat," kata staf pengajar di Fakultas Sastra dan Budaya ini, Kamis (8/4/2011).

Menurutnya, meski polisi sebagai aparat negara disyaratkan memiliki disiplin dan integritas tinggi, hal itu tak berarti bahwa polisi harus tampil "menyeramkan" sebagaimana anggapan yang masih melekat di masyarakat.

"Menyanyi atau berjoget sama sekali tidak merusak kewibawaan polisi di mata masyarakat," kata dia.
Bahkan menurutnya, apabila Polri dengan sadar memanfaatkan cara-cara demikian untuk melayani masyarakat, maka hal itu malah mencitrakan bahwa polisi memang benar-benar milik masyarakat. Citra kepolisian ke depan harus lebih baik dan lebih memasyarakat.

sumber: http://oase.kompas.com/read/2011/04/08/13393526/Briptu.Norman.Bikin.Polisi.Jadi.Humanis
Back To Top