milenialnews.web.id merupakan portal yang dihadirkan untuk melengkapi kebutuhan informasimasyarakat

Search This Blog

Hati-Hati, Facebook Bisa Membuat Penggunanya Stress

foto: net


    
  
Liputan6.com, London: Para pengguna Facebook dengan lebih banyak teman menderita stres dan neurotic limbo karena perasaan mereka sendiri untuk harus terus memperbarui status dan menyenangkan "penonton" mereka yang besar.

Pendapat itu berdasarkan riset baru di Edinburgh Napier University, seperti diberitakan Telegraph. Namun, para pakar psikologi Internet sangsi dengan klaim itu, mereka mempertanyakan metodologi penelitian.

Para peneliti mengumpulkan jawaban survei online dari 175 mahasiswa mengenai perasaan mereka terhadap Facebook. Hampir sepertiga responden adalah perempuan. "Kami menemukan itu benar-benar dialami mereka yang memiliki kontak terbanyak, mereka yang paling banyak mencurahkan waktunya di situs itu, yang paling cenderung menjadi stres," kata Dr Kathy Charles, pemimpin penelitian.

"Itu seperti menjadi saluran berita mengenai diri anda sendiri. Lebih banyak orang yang anda miliki anda lebih merasa ada penonton. Anda hampir merupakan selebritis mini dan dengan penonton lebih besar lebih banyak tekanan yang anda rasakan untuk menghasilkan sesuatu mengenai anda sendiri."

Sebanyak 12 persen responden mengatakan Facebook membuat mereka merasa cemas. Mereka rata-rata memiliki 117 teman di situs itu, dibandingkan mereka yang rata-rata memiliki 75 teman dari sisa siswa. Dari keseluruhan sampel, 63 persen mengatakan mereka menunda permintaan teman baru. "Kebanyakan juga mengatakan kepada kami mereka cemas mengenai menarik diri dari situs itu karena takut kehilangan informasi sosial penting atau menyinggung kontak," kata Charles.

Eleanor Barlow, seorang managing consultant yang mengkhususkan diri pada psikologi cyber di IBM, mengatakan klaim itu menarik, tetapi tidak harus diterapkan kepada populasi lebih luas di Facebook. "Para siswa sering menggunakan Facebook dalam cara yang agak berbeda dari sebagian dari kita," dia menjelaskan. "Mereka mengeksplorasi identitas mereka pada masa itu, termasuk secara online."

"Seperti berjudi, Facebook mempertahankan para pengguna dalam neurotic limbo, tidak mengetahui apakah mereka harus bertahan di sana untuk berjaga-jaga mereka ketinggalan sesuatu yang bagus." (Telg/ARI)

Sumber: http://tekno.liputan6.com/berita/201102/321069/Facebook_Bisa_Membuat_Penggunanya_StressFacebook_Bisa_Membuat_Penggunanya_Stress

Mantan Anak Buah Nurdin Bongkar 'Suap' PSSI ke FIFA

foto: net
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Indonesia Sport Watch (ISW), HM Jusuf Rizal, yang juga mantan Direktur Promosi dan Pembinaan Usia Muda PSSI mengungkapkan borok lain yang terjadi di PSSI.

Menurut Rizal, telah terjadi rekayasa di tubuh FIFA yang mendorong badan otoritas tertinggi sepakbola di dunia tersebut menutup mata akan perubahan Statuta PSSI yang seharusnya tetap merujuk pada Statuta FIFA.

"Diduga di tubuh FIFA ada juga oknum yang bermain (di bagian legal) yang telah dilobi oknum PSSI agar menutup mata terhadap kasus PSSI di Indonesia," ujar Jusuf Rizal dalam rilisnya yang diterima Tribunnews.com, Jumat (25/2/2011).

Rizal mengungkapkan, menurut sumbernya, oknum FIFA diduga telah 'disemir' oleh oknum PSSI senilai Rp 500 juta. "Buktinya saat ini FIFA hanya diam," tegas Jusuf Rizal.

Sumber: http://www.tribunnews.com/2011/02/25/mantan-anak-buah-nurdin-bongkar-suap-pssi-ke-fifa

Hore...Nurdin Halid Gagal Jadi Ketua Umum PSSI

Foto: Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Banding PSSI memutuskan menganulir semua hasil verifikasi yang diputuskan oleh Komite Pemilihan PSSI. Alhasil bukan cuma nama Arifin Panigoro dan George Toisutta saja yang gugur tapi dua calon, Nurdin Bakrie dan Nirwan Halid yang sebelumnya lolos juga dinyatakan gugur.

Komite Banding mengahsilkan dua keputusan. Dalam putusannya, tim Komite Banding memutuskan menolak materi pengajuan banding yang dilayangkan Arifin Panigoro maupun George Toisutta. Namun, di sisi lain mereka juga memutuskan untuk membatalkan hasil verifikasi yang telah diputuskan Komite Pemilihan PSSI.

Itu berarti, apa yang telah dilakukan tim verifikasi selama ini dianggap batal oleh Komite Banding, dan mekanisme pemilihan kembali diserahkan sepenuhnya kepada PSSI. Sementara nasib dua calon, George Toisutta dan Arifin Panigoro, saat ini mutlak ditentukan oleh PSSI.

"Komite Banding menolak banding tersebut, pada waktu yang bersamaan, Komite Banding juga menolak putusan Komite Pemilihan. Kemudian Komite Banding menyerahkannya kepada PSSI sebagai pemberi mandat kepada Komite Banding," ujar Tjipta Lesmana, Ketua Komite Banding, Jumat (25/2/2011).

Dengan demikian, kini keputusan soal calon Ketua Umum PSSI dan Exco tersebut sepenuhnya berada di tangan PSSI. Dalam alasan penetapan tersebut, tim Komite Banding juga menyebut keberadaan pemerintah telah memberikan intervensi yang mempengaruhi keputusan mereka. Padahal, sejak awal Komite Banding mengaku independen dan tidak akan terpengaruh apapun.

Sumber: http://www.tribunnews.com/2011/02/25/akhirnya-nurdin-halid-dan-nirwan-bakrie-juga-gagal

Perempuan Desa Juga Ingin Diperhatikan

Laporan Suang Sitanggang
Tribun Jambi/ Suang Sitanggang
MUARA BULIAN, TRIBUN- Perempuan di desa selama ini menganggap masih kurang kasih sayang dari pemerintah. Mereka seolah-olah tidak mendapat tempat dalam kerangka pembangunan yang dirancang oleh pemerintah, yang mengakibatkan mereka merasa terasing dalam arus pembangunan.

Hal itu disampaikan Anisa, seorang ketua kelompok perempuan di Desa Pulau Raman, Pemayung, pada acara pembukaan serasehan yang dilaksanakan oleh Mitra Aksi Foundation, lembaga non pemerintah yang memiliki konsentrasi pada pendampingan dan pemberdayaan perempuan, Kamis (24/2).

"Desa kami yang terpencil belum mendapat perhatian dari pemerintah, tidak ada kasih sayang kepada kami penduduk desa terpencil. Jangankan mengenal laptop, listrik di desa saja belum masuk. Kami kaum perempuan menjadi terus terbelakang,” ungkapnya.

Senada, Nurbaiti, ketua kelompok perempuan di Desa Olak Rambahan juga menyebut belum merasa adanya sentuhan dari pemerintah untuk memberdayakan perempuan-perempuan disana. 

"Kami hanya dapat pendampingan dari Mitra Aksi, terutama pendampingan dibidang kesehatan reproduksi. Kami bisa mengenal makna keluarga berencana karena pemberdayaan mitra aksi,” ujarnya.

Ia menyebut dirinya dan perempuan lain di desanya masih beruntung mendapat pemberdayaan dari lembaga non pemerintah yang peduli pada masalah kesehatan reproduksi dan ekonomi perempuan. "Saudara-saudara kami di desa lain yang terpencil, tentu mereka sama seperti kami sebelum mendapat pendampingan ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Ulfa, Direktur Mitra Aksi Foundation menyebut perempuan memang selama ini kerap kurang diperhitungkan dalam pembangunan. Hal itu menyebabkan perempuan banyak yang merasa terdiskriminasi secara gender. "Perempuan sangat sering termarginalkan, terutama di desa” kata Ulfa.

Ulfa mengatakan, lembaga yang dipimpinnya memilih untuk berkonsentrasi pada perempuan karena masalah yang dihadapi perempuan selama ini kerap tidak mendapat solusi dari pengambil kebijakan.

"Kami sekarang ini hanya membuka jalan, membuat contoh pola pembinaan kepada perempuan. Harapannya pola ini akan mendapat respon dari pemerintah dan mau melanjutkannya,” ucapnya. Masalah perempuan yang disebutnya kurang mendapat perhatian itu adalah soal kesehatan reproduksi.

Banyak perempuan, sambungnya, yang belum memahami tentang alat kontrasepsi, belum memahami tentang penyakit  yang menyerang organ reproduksi yang bisa mengancam keselamatan jiwanya. "Kami sangat berharap bila pemerintah mau memikirkan masalah ini,” sebutnya.

Bupati yang diwakili Asisten III Setda Batanghari yang ikut hadir dalam pembukaan sarasehan yang dimulai pukul 14.00 WIB itu mengatakan mendukung upaya yang sudah dilakukan lembaga itu. Ia menyebut masalah yang terungkap dalam sarasehan itu akan disampaikannya kepada Bupati.

Di Kabupaten Batanghari, kata Rijaludin, sudah ada kantor yang menangani masalah perempuan, yakni kantor pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Namun sejak dibentuk tahun 2008 silam hingga  saat ini, belum ada orang-orang yang ditempatkan untuk mengisi jabatan di kantor itu.

"Nanti akan saya laporkan masalah ini kepada bupati, dan mengajukan kepada bupati supaya dilakukan pemberdayaan perempuan secara intensif, termasuk efektifitas kantor pemberdayaan perempuan itu,” katanya

Link: http://jambi.tribunnews.com/2011/02/25/perempuan-desa-minta-diperhatikan-pemerintah

Hutan Restorasi Pangeran Charles Dirusak

UPAYA Putera Mahkota Kerajaan Inggris Pangeran Charles untuk menjadikan kawasan hutan restorasi di Jambi menjadi sia-sia. Hutan seluas 48 ribu hektare, ditebangi pembalak liar. Bahkan, warga kini memperjualbelikan hutan itu kepada cukong perkebunan sawit.

Pelaku perambahan hutan di kawasan eks HPH Asialog di Desa Bungku Kecamatan Bajubang, Batanghari telah menggasak seluruh kayu. Diperkirakan sekitar 280 ribu atau sekitar 400 ribu pohon meranti telah ditebangi. Kayu-kayu tersebut selain pesanan cukong di Jambi, juga dikirim ke Sumsel.

Pangeran Charles sempat mengunjungi hutan ini pada November 2008 lalu.Ia mendukung upaya
membangun hutan Indonesia lewat proyek restorasi Hutan Harapan di Jambi. Pangeran Charles menyusun formula untuk menghitung nilai hutan alam di Jambi untuk kemudian dijual dalam bentuk Prince Charles Bond.

Perusahaan atau negara-negara penghasil emisi yang masuk dalam Annex I, seperti Jepang dan AS diharapkan membeli surat berharga itu sebagai bentuk kontribusi mereka dalam mengurangi produksi emisinya. Hasil penjualan surat berharga itu kemudian akan dipakai untuk merestorasi hutan alam dengan tumbuhan alami sehingga kembali menjadi lestari.

Tribun yang melakukan pantauan di lokasi selama dua hari, Jumat-Sabtu (21/22/5) menemukan fakta perusakan hutan restorasi dilakukan untuk memenuhi pesanan cukong atau diperjualbelikan warga kepada seseorang untuk dijadikan perkebunan sawit.

Kadis Kehutanan Batanghari, Suhabli, mengaku telah mengetahui aktivitas illegal logging di sana, terutama setelah Asialog hengkang tahun 2007 silam. Kami sudah berkali-kali memantau kesana. Kami juga pernah menangkap pelakunya bersama dengan aparat dari Polres Batanghari. Pelakunya sudah ada yang ditahan,” katanya kepada Tribun, Sabtu (22/5/2010).

Namun, instansi yang dipimpinnya itu, katanya, tidak bisa terus-terusan melakukan pengawasan, terutama di dalam hutan, dan patroli di aliran sungai, karena keterbatasan anggaran dan personel. Kami bekerja sesuai dengan kemampuan kami. Biaya untuk patroli ke dalam hutan itu sangat besar. Dana kami tidak mencukupi” ucapnya.

Ia membantah bahwa pihaknya terkesan membiarkan aksi pengrusakan di kawasan hutan restorasi. Tidak ada tindakan pembiaran. Ini hanya persepsi masyarakat saja. Kalau personel dan biayanya cukup, kami bisa terus-terusan melakukan pengawasan,” katanya.

Ia juga mengatakan pengawasan bukan hanya tugas dari Dishut Kabupaten. Provinsi juga harus melakukannya, terutama kawasan eks HPH Asialog, karena itu merupakan tanggungjawab mereka,” ujarnya. Sedangkan tentang volume kayu yang digasak, Dishut belum memiliki data yang lengkap. (*)
Tulisan saya ini dimuat harian Tribun Jambi dan tribunnews.com 
Link: http://www.tribunnews.com/2010/05/24/hutan-restorasi-charles-dirusak

Ratu Kecantikan Amerika Serikat Jadi Gelandangan

Jakarta Miss Colorado USA Blair Griffith menjadi salah satu korban krisis moneter yang melanda Amerika Serikat. Menjelang ajang pemilihan MISS USA 2011, perempuan berusia 23 tahun itu harus hidup menggelandang.

Seperti dilansir AFP, Kamis (24/2/2011), sejak November 2010, keluarga Blair telah kehilangan rumahnya. Ia harus menumpang hidup di salah satu rumah temannya.

"Ini masa-masa yang sangat sulit bagi kami. Saya selalu bertanya 'ke mana kita harus pergi?" ujar Blair saat melakoni wawancara dengan salah satu stasiun televisi lokal Colorado.

Kehidupan Blair pun semakin berat setelah ibunya menderita sakit jantung. Sementara, ayah Blair sudah meninggal karena kanker sembilan tahun lalu.

Tidak hanya kehilangan rumah, Blair akan menjadi pengangguran dalam waktu dekat ini. Pusat perbelanjaan Saks Fifth Avenue tempatnya bekerja bakal tutup pada Maret mendatang.

Namun, Blair tidak patah semangat. Ia akan terus mengejar impiannya menjadi MISS USA pada Juni 2011 mendatang.

"Ada begitu banyak orang yang mengalami situasi seperti ini. Saya berharap bisa menginspirasi orang lain," pungkasnya.
http://www.detikhot.com/read/2011/02/24/122426/1578271/230/gara-gara-krisis-ratu-kecantikan-amerika-serikat-jadi-gelandangan?992204topnews?topnews

Pemerintah Berencana Memukimkan Orang Rimba

Pemerintah pusat membuat proyek baru untuk orang rimba, berupa pembangunan perumahan bagi mereka. Menurut pemerintah proyek itu bertujuan untuk memukimkan kelompok masyarakat yang hingga kini mayoritas masih hidup nomaden di dalam hutan.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Batanghari, Ardani Z Putra, mengatakan sebanyak 53 unit pemukiman akan dibangun menggunakan dana dari pemerintah pusat. "Dibangun di Desa Padang Kelapo (Kecamatan Maro Sebo Ulu). Sudah mendapat persetujuan dari kepala desa setempat,” katanya kepada Tribun, Senin (21/2).

Ia menyebut tim sudah melakukan survey awal kesana. Dalam tim itu termasuk antropolog, untuk mempelajari dan melakukan kajian terhadap rencana memukimkan orang rimba itu.  Berdasarkan hasil kajian dan verifikasi yang kami lakukan, diputuskan untuk membangun 53 unit pemukiman,” ucapnya.

Ardani mengatakan orang rimba yang akan dimukimkan itu adalah yang lulus kriteria yang mereka buat. Kriteria utamanya adalah orang rimba itu sudah memiliki kecenderungan mau hidup menetap pada sebuah rumah tinggal. Kriteria selanjutnya adalah orangnya sudah bisa bersosialisasi dengan warga sekitar.

Kelompok orang rimba yang akan dimukimkan itu berasal dari kelompok Temenggung Jelitai. "Untuk tahun ini pemukiman diberikan untuk kelompok (Temenggung) Jelitai, karena berdasarkan hasil survey mereka punya kriteria yang ditetapkan itu. Temenggung juga sudah mengatakan ingin menetap seperti orang desa,” katanya.

Selain memberikan pemukiman, juga direncanakan untuk memberikan lahan perkebunan bagi orang rimba yang akan menetap sebagai sumber kehidupannya. Kalau tidak seperti itu, ucapnya, mereka akan masuk lagi nanti ke hutan dan meninggalkan rumah yang diberikan kepadanya

Terpisah, pengamat sosial yang juga pernah menjadi pendamping orang rimba, Supri Panigoran, saat dimintai komentarnya mengatakan pemerintah tidak bisa berpuas diri hanya dengan memberikan pemukiman bagi orang rimba. Permasalahan orang rimba jangan hanya dilihat dari sudut pandang pemerintah saja, tapi juga sudut pandang orang rimba itu sendiri.

"Kalau hanya diberikan pemukiman dan lahan, tapi tidak diberikan pembinaan secara terus menerus, program itu tidak akan berhasil,” katanya. Ia menyebut orang rimba memiliki tradisi dan adat yang tidak mudah untuk dilepaskannya, seperti budaya melangun (berpindah ke tempat lain saat ada anggota kelompok yang meninggal dunia).

Pemerintah, sambungnya, juga harus mempelajari juga budaya mereka. "jangan puas hanya memberikan pemukiman. Suatu saat nanti akan berbenturan dengan budaya mereka, yaitu budaya melangun. Kalau mereka pergi melangun, lantas siapa yang akan menjaga rumahnya dan merawat kebunnya?” ucapnya.

Masalah tradisi itulah yang disebut Supri selama ini menjadi penghambat program memukimkan orang rimba.  Itu budaya yang sudah turun temurun. Tradisi ini tidak bisa diabaikan dalam menyusun program  untuk orang rimba.

Selain itu, ia mengatakan orang rimba yang nantinya akan dimukimkan harus diberikan keterampilan agar mereka bisa semakin betah tinggal di rumah yang dibuat pemerintah. Bila tidak, orang rimba yang dimukimkan itu secara otomatis akan menerapkan ketrampilan mereka selama ini, yaitu berburu dan mencari makanan di dalam hutan, karena mereka tidak akan betah berada di rumah pemberian pemerintah itu.

Laporan Suang Sitanggang untuk Tribun Jambi
http://jambi.tribunnews.com/2011/02/22/pemerintah-bangun-pemukiman-orang-rimba
Bupati Kami Artis Lho (Zumi Zola Jadi Bupati)

Bupati Kami Artis Lho (Zumi Zola Jadi Bupati)

12973435481102979603
Foto: Tribun Jambi/ Berman Tua Sibuea
Di Provinsi Jambi tidak lama lagi akan ada seorang artis tenar yang menjadi Bupati. Dia adalah Zumi Zola, yang pernah membintangi film Disini Ada Setan, kawin laris, merah putih, bawang merah bawang putih, dan sederet judul lainnya. Ya, walau belum diumumkan KPUD Tanjung Jabung Barat sebagai pemenang pemilukada, tapi sudah hampir dipastikan ia akan menduduki posisi tertinggi di Kabupaten itu.

Seorang teman saya yang sedang meliput jalannya proses Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur menceritakan kepada saya rasa kagum masyarakat disana terhadap sosok Zumi Zola. Kekaguman masyarakat itu terletak pada wajahnya yang ganteng, kulitnya yang putih bersih, bodinya yang atletis, dan keluarganya yang kaya raya.

“Anak ABG dan ibu-ibu rame-rame mendatangi acara zumi zola kalau mengadakan sosialisasi. Biarpun tak diundang mereka akan datang sendiri,” kata kawan itu sembari tertawa. Aku tak tahu apa yang ditertawakannya, tapi aku bisa maklum dengan kejadian itu. Bertemu dengan artis disana seperti ’sebuah anugrah’ yang maha besar. Maklum, sangat jarang artis yang mampir disana.

Salahkan bila seorang artis menjadi bupati? saya rasa tidak ada salahnya, selama dia memang mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang bupati bertugas siang malam untuk mengurus rakyatnya dan memikirkan periuk nasi rakyatnya. Seorang bupati yang nota bene pelayan bagi masyarakat harus siap untuk terjun melihat rakyatnya, bahkan hingga ke desa terpencil sekalipun.

Aku sudah pernah tiga kali ke kabupaten itu, dan pernah tinggal disana selama seminggu saat sedang penelitian skripsi. Sepanjang yang kulihat disana, tidak ada pasar swalayan, tidak salon bonafit, tidak ada juga tempat untuk mandi uap. Disana hanya ada pasar tradisional, salon rias pengantin, kebun kelapa sawit, dan Sungai Batanghari.

Hehehe.. aku tertawa mendengar Zumi Zola sudah hampir terpilih menjadi bupati. Aku ragu ia mampu bertahan selama setahun di tempat seperti itu, tempat yang jauh dari kehidupan selebritis ibukota. Jangankan turun ke desa terpencil, menahan gempuran nyamuk nakal saja mungkin dia tidak tahan lagi. “Takut kulitnya gak mulus lagi,” kata kawan itu terbahak-bahak saat bercerita lewat ponsel.

Tapi itu sudah menjadi pilihan masyarakat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Mungkin masyarakat disana ingin memecahkan rekor di Jambi, menjadi yang pertama di Jambi yang punya bupati seorang selebritis. “Bupati Kami Artis Lho,” mungkin itu yang mau diceritakan kepada orang dari kabupaten lain.

Sebuah harapan tentu masih diletakkan di pundak anak mantan gubernur Jambi Zulkifli Nurdin itu, yakni memimpin rakyatnya menjadi masyarakat yang sejahtera dan berpendidikan. Semoga saja, Zumi Zola yang sudah bergelar S2 mampu mengemban amanah rakyatnya. “Jangan takut nyamuk ya Mas Zumi Zola, jangan takut kulitnya nggak mulus lagi,” hehehe.. (Suang)

http://politik.kompasiana.com/2011/02/10/bupati-kami-artis-lho-zumi-zola-jadi-bupati/ 

Hosni Mubarak Belajar dari Nurdin Halid

Presiden Mesir, Hosni Mubarak, dan ketua umum PSSI, Nurdin Halid, ternyata dua orang yang sudah berteman sejak lama. Mereka satu bapak tapi berbeda ibu, makanya keduanya memiliki sifat dan karakter yang hampir sama..

Nurdin Halid harus turun dari PSSI
Itu hanya status temanku di facebook. Aku tak tahu apa yang sesungguhnya ia pikirkan sehingga membuat status nyeleneh seperti itu. Tapi setelah selesai kubaca, aku tersenyum dan agak geli. Seorang teman yang bersamaku saat sedang membuka situs jejaring sosial itu malah tertawa terbahak-bahak.

Status itu memang nyeleneh, dan terkesan hanya sebuah guyonan. Namun aku mencoba menarik sebuah benang merahnya, keduanya memang mempunyai karakter yang sama: KERAS KEPALA. Mubarak menolak turun dari tahta kekuasannya sebagai presiden, meskipun kekuatan rakyat sudah bersatu memintanya turun. Sekalipun darah sudah tumpah dijalanan, ia tetap tidak bergeming, ingin tetap berkuasa.

Sama halnya dengan Nurdin Nalid, yang hingga kini masih kekeh ingin tetap menjadi ketua umum PSSI. Ia tak mau mundur dari bursa pencalonan meskipun masyarakat pecinta bola sudah memintanya turun. Bahkan ia merasa menjadi orang yang paling berprestasi diantara ketua umum sebelumnya. “Saya dan Partai Golkar,” kata Nurdin.

Hehe.. keduanya memang sama-sama memiliki egosentral yang tinggi. Keduanya tidak merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi terhadap wilayahnya. Mubarak merasa telah mensejahterakan Mesir, sementara Nurdin merasa membesarkan Timnas PSSI hingga menjadi tim yang tangguh.

Lantas layakkah Nurdin untuk tetap menjadi orang nomor satu di tubuh PSSI? Ditangan NH, posisi indonesia saat ini berada pada peringkat 129, sementara posisi indonesia sebelum dipegangnya (kalau tidak salah) peringkat 91.

Teriakan Turunkan Nurdin Halid sudah menggema, dan Genderang perang sudah ditabuh. Satu keyakinan, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Mubarak Lengser, Nurdin masuk penjara. VIVA GARUDA MERAH PUTIH. (Suang Sitanggang)
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2011/02/09/hosni-mubarak-belajar-dari-nurdin-halid/

Kutemukan Orang Rimba di Simpang Lampu Merah

SUDAH lama aku tak bertemu kelompk orang rimba (Suku anak dalam). Mungkin sudah sekitar tiga bulan. Aku biasanya bertemu dengan mereka saat melaksanakan tugas (liputan) ke daerah terpencil di sekitar kawasan tanam nasional bukit dua belas, di Kabupaten Batanghari, Jambi


doc: suang sitanggang
Beberapa kali juga aku bertemu dengan mereka saat datang mengemis ke Kota Muara Bulian (Ibukota Kabupaten Batanghari). Mereka datang secara berkelompok, setidaknya 10 orang, baik yang masih balita hingga yang usianya sudah diatas 40 tahun.

Namun sebuah pemandangan mengagetkanku, Minggu (6/2/10). Saat itu aku sedang berada di Kota Jambi menghadiri acara pernikahan teman. Dalam perjalanan pulang ke rumah, di sebuah persimpangan lampu merah, kulihat beberapa orang yang duduk dan baring-baring di dekat persimpangan itu.

Ada (mungkin 3 orang) anak-anak yang sedang berkejar-kejaran tanpa menggunakan baju. Kulitnya sawo matang. Rambutnya terlihat kurang rapi, lebih tepatnya acak-acakan. Celana yang digunakannya juga sudah lusuh nan kotor.

Didekatnya ada beberapa orang lagi yang sudah dewasa. Mereka duduk di atas tanah sambil menikmati nasi bungkus secara bersama-sama. Satu bungkus dimakan tiga orang. Kuamati terus mereka dari jarak sekitar 10 meter. Aku mendengarkan bahasa mereka, dan kuyakini mereka adalah orang rimba.

“Apo kabar sanak,” tanyaku kepada seorang pria yang umurnya sektar 30 tahun. Kuletakkan sebungkus rokok didekatnya. “Merokok sanak,” ucapku lagi sembari meletakkan korek api gas di dekat rokok itu.

Bagi yang mengerti dengan tradisi dan kesukaan mereka, tidak akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Lelaki orang rimba terkenal sebagai penikmat rokok. Mereka tidak pilih rokok, apapun mereknya, selama mengeluarkan asap, mereka akan menyukainya. “Trimakasi sanak,” katanya.

Ia menceritakan mereka sampai di Kota Jambi Minggu pagi dengan menumpangi sebuah mobil truk. “Dari bukit dua belas,” ucapnya saat ditanyakan asalnya. Dari tempat bermukimnya di tanam nasional itu, mereka berjalan kaki hingga tiga hari sebelum akhirnya mendapatkan tumpangan.

Mereka bernasib baik, bertemu dengan supir truk yang berbaik hati memberikan tumpangan. Sekedar untuk diketahui, sangat jarang yang mau memberikan tumpangan kepada kelompok marginal itu.

Kisah-kisah kesulitan mendapatkan makanan di dalam hutan diungkapkannya padaku. Kisah itu sebenarnya kisah yang selama ini sudah sangat sering kudengar dari mulut mereka, termasuk dari temenggung (pemimpin kelompok orang rimba). “Kami kelaparan di rimbo,” ucapnya.

Mereka sedang melangun (berpindah tempat bermukim karena ada yang meninggal atau bencana). Lokasi melangun dipilih di kota karena di dalam hutan sudah semakin sedikit areal yang bisa mereka jelajahi. Di tempat yang sedikit itu pun, makanan semakin menipis. “Buruan juga tak ada lagi,” katanya.

Selama ini, hutan yang menjadi rumah idaman bagi kelompok itu sudah habis dibabat oleh warga desa dan pengusaha. Hutan dikonversi menjadi kebun sawit atau kebun karet. Lebih parah lagi, pemerintah seperti tidak berkutik menekan laju pertumbuhan kerusakan hutan.

Pria itu bernama Legat. Ia adalah pria yang polos dan tak paham arti ekonomi dan politik. “Kami ingin bertemu rajo, tapi dak ado,” ucapnya. Rajo (Raja) yang dimaksudnya ada gubernur. Ia dan teman-temannya ingin minta makanan kepada Gubernur. (Suang Sitanggang)
Ikan Botia (Bajubang) Kekayaan Sungai Batanghari

Ikan Botia (Bajubang) Kekayaan Sungai Batanghari

IKAN Bajubang ternyata bukan nama yang asing bagi masyarakat Batanghari yang tinggal di sekitar aliran sungai. Ikan itu juga diyakini sudah lama hidup dan berkembang di perairan Sungai Batanghari, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Batanghari.

"Sampai sekarang ikan itu Bajubang itu masih ada di Sungai Batanghari. Badannya kecil dan warnanya bagus,” kata Supri Panigoran, seorang pemerhati sosial dan lingkungan alam yang tinggal dekat aliran Sungai Batanghari, di Kelurahan Teratai, Kecamatan Muara Bulian, Kamis (27/1).

Ia menyebut, selama ini ia dan warga lainnya yang tinggal di Teratai, Muara Singoan, Bajubang Laut, dan beberapa daerah lainnya di pinggiran sungai masih kerap menemukan ikan itu. Terutama pada saat air sungai sedang surut. Ikan itu akan datang ke tepi sungai,” ucapnya.

Berdasarkan pengamatannya selama ini, ikan Bajubang yang sering dilihat warga berukuran kecil. Panjangnya sekitar 5 sentimeter dan besarnya sebesar jempol tangan orang dewasa. Saya kurang tahu apakah masih ada lebih besar lagi atau memang hanya sebesar itu,” ungkapnya.

Ikan Bajubang, sambungnya, memiliki tubuh yang indah. "Biasanya tiga warna, ada putih, hitam, dan kemerah-merahan. Kalau datang ke tepi sungai biasanya langsung kelihatan,” jelasnya.

Ia menyebut ikan Bajubang biasanya datang ke tepi sungai secara bergerombolan. Kadang ikan itu terlihat diantara gerombolan ikan lainnya, seperti gerombolan ikan seluang atau masyarakat menyebutnya ikan mudik.

"Tapi tidak mau bercampur dengan ikan lainnya. Ikan Bajubang biasanya berada di belakang atau disamping gerombolan ikan lainnya,” ungkapnya. Perilaku seperti itu, lanjutnya, selalu terlihat tak kala gerombolan ikan itu bertemu dengan gerombolan ikan lainnya di tepi sungai.

http://jambi.tribunnews.com/2011/01/28/dibalut-tiga-warna

Mendengarkan Curahan Hati Orang Rimba


Jangan Rusak Hutan Kami
Memiliki rumah mewah yang dihiasi berbagai perabotan bernilai seni tinggi menjadi impian sebagian besar masyarakat. Tak sedikit juga yang memiliki impian untuk plesiran ke luar negeri, untuk menikmati suasana yang biasa dirasakan para pejabat negara ketika pergi plesiran dengan alasan kunjungan kerja. Namun Bagi orang rimba, mimpi-mimpi seperti itu tidak terbayang dibenaknya.
Laporan Suang Sitanggang
Orang rimba, atau yang oleh pemerintah lebih senang menyebutnya suku anak dalam (SAD), tidak pernah memimpikan yang sifatnya bermewah-mewah dan kehidupan foya-foya. Tidak ada mimpi untuk tinggal di rumah gedung, dan tak ada hasrat untuk memandangi indahnya ombak di Bali dan Hawai.
Bagi mereka, tidur di bawah lebatnya daun pepohonan di dalam hutan belantara, adalah kenikmatan yang luar biasa. Itulah mimpi mereka, senantiasa bisa hidup tenang di dalam hutan, dan mewariskannya kepada anak cucunya. Hutan yang terjaga, membuat mereka tak kesulitan mendapatkan makanan didalamnya.
“Saya tidak bisa nyenyak di rumah batu (tembok). Saya lebih suka tidur di pondok kayu di dalam hutan,” kata Temenggung Jelitai, satu diantara pemimpin kelompok orang rimba yang berada di kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Sabtu (2/10/10). Temenggung adalah jabatan tertinggi dalam sebuah kelompok orang rimba, sebab mereka hidup secara berkelompok dan masih nomaden.
Temenggung yang bisa diajak berbahasa Indonesia meski tidak terlalu lancar itu terlihat sangat menikmati asap rokok yang dihisapnya saat diajak berbincang. Ia sejenak memperhatikan anggota kelompoknya yang saat itu sedang berada di dalam tenda darurat yang mereka pasang. “Sebagian sedang pergi berburu, makanya siang ini yang nampak hanya sedikit,” ucapnya.
Berburu binatang hutan telah menjadi rutinitas bagi beberapa kelompok orang rimba, sebab mereka memang makan dari hasil-hasil hutan seperti binatang, ubi, dan banar, dan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Walau masih mengandalkan makanan dari dalam hutan, mereka kini sudah lebih suka makan nasi, yang mereka dapatkan dengan cara menjual hasil hutan dan menggatinya dengan beras.
Temenggung Jelitai mengisahkan, sekitar dua puluh tahun yang silam, mereka tidak pernah kekurangan makanan. Binatang banyak yang bisa diburu, dan buah-buahan banyak ditemukan di dalam hutan. Mereka cukup bekerja sejenak untuk mencari rotan dan membawanya ke desa, dan disana diganti dengan kebutuhannya seperti rokok, kopi, gula, dan yang lainnya.
“Kalau sekarang sudah sulit mencari makanan di dalam hutan. Rotan payah dicari, binatang juga sudah semakin sedikit,” ucapnya sembari memandangi bekas hutan di sekelilingnya yang kini sudah ditanami pohon kelapa sawit. Ia lalu memandangi anak-anak yang sedang main tanpa baju. Perut anak-anak itu terlihat bunci, namun tetap ceria seperti anak-anak pada umumnya.
Beberapa waktu lalu, temenggung Marituha, pemimpin kelompok orang rimba yang berada di jelutih, Kecamatan Batin XXIV, juga mengeluhkan hal yang sama dengan yang diungkapkan temenggung jelitai.  “Berburu kadang dapat kadang tidak. Buah-buahan di dalam hutan juga semakin sulit. Kalau dulu kami tidak susah dapatkan bebi (babi) di hutan ini,” ucap temenggeung Marituha saat itu.
Ditanya apa penyebab sulitnya mereka saat ini mendapatkan makanan, kedua temenggung itu sama-sama menyebut rimba (hutan) yang mereka huni sudah hampir  musnah. “Rimba kami ditebangi orang dusun dan diganti dengan tanaman sawit,” ungkap Marituha.
Menurut keduanya, hutan bagi mereka adalah pemberi kehidupan. Kerusakan hutan berarti kerusakan pada siklus kehidupan mereka, termasuk pada tradisi dan budaya yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyangnya. Rusaknya hutan berarti ancaman untuk kehidupan mereka sudah di depan mata.
“Akibat kerusakan hutan, kami menjadi sengsara. Semuanya datang menebangi hutan, dan kami dibiarkan terlantar, anak-anak kami jadi kurang makan,” tambah Jelitai.
Maraknya pembukaan hutan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan masyarakat pemilik modal memang telah mengubah banyak cara hidup orang rimba. Sulitnya mereka mendapatkan makanan di dalam hutan membuat beberapa diantara mereka beralih ke pasar-pasar di ibu kota kecamatan untuk meminta-minta kepada orang-orang yang ditemuinya.
“Mereka mungkin belum makan makanya ada yang pergi ke pasar minta-minta (mengemis). Dulu sewaktu masih dapatkan banyak makanan di dalam hutan, tidak ada orang kami yang mau minta-minta. Kami juga orang yang tahu malu,” tutur temenggung Jelitai.
Lantas, apa harapan mereka setelah banyak hutan tempat mereka bermukim diubah wajah menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet? “Jangan habisi hutan kami, sebab itulah tempat tinggal kami, dan tempat kami mencari makanan yang sesungguhnya,” ungkapnya.
Matahari telah lewat dari atas kepala melangkahkan kaki meninggalkan temenggung jelitai bersama kelompoknya. Temenggung mungkin sedang berharap curahan hatinya didengarkan oleh banyak orang, termasuk raja yang pernah mereka pilih, dan raja yang akan mereka pilih dihari yang akan datang.
Back To Top