Informatif dan Menghibur

milenialnews.web.id merupakan portal yang dihadirkan untuk melengkapi kebutuhan informasimasyarakat

Search This Blog

Tiga Mantan Pemain Timnas Main di Gubernur Jambi Cup 2019 Termasuk Eks Top Skor Liga Indonesia

Sengbah Kennedy (kiri) dan Edward Junior Wilson (kanan)


JURNALJAMBI.ID - Sejumlah pemain asing bermain di kompetisi antar kabupaten di Provinsi Jambi, dalam Gubernur Cup 2019.

Satu di antaranya adalah Edward Junior Wilson yang merupakan pemain Divisi Utama Liga Indonesia (Kini Liga 1) musim 2009-2010 dengan torehan 20 gol bersama Semen Padang.

Edward Junior Wilson yang kini berusia 34 tahun juga tercatat sebagai mantan pemain Timnas Liberia.

Karir profesionalnya di dunia sepakbola dimulai pada tahun 2005 saat berseragam klub Mighty Barrolle, salah satu klub di Liberia.

Edward Junior Wilson yang berposisi sebagai stiker bersama klub itu selama dua tahun, dan mencetak 23 gol dari 51 kali bermain.

Petualangannya dilanjutkan di Indonesia setelah direkrut Semen Padang.

Edward Junior Wilson berseragam Semen Padang pada musim 2018-2013. Dia jadi pemain andalan Kabau Sirah saat berlaga di AFC Cup 2013.

Selama di Semen Padang, Edward Junior Wilson mengoleksi 80 gol dari 105 kali bermain.

Selanjutkan pada 2014, Edward Junior Wilson pindah ke Liga Malaysia memperkuat Felda United. Dia makin tajam dengan mengoleksi 19 gol dari 14 kali bertanding.

Pada tahun 2016 dia kembali bermain di Indonesia dengan berseragam persipura Jayapura. Dia turut serta membawa Persipura Jayapura meraih juara Indonesia Super Liga, berduet dengan Boaz Solossa.

Pada turnamen di Jambi, Edward Junior Wilson membela Kabupaten Merangin, yang menjadi tuan rumah Gubernur Cup 2019 yang berlangsung pada 7-19 Januari 2019.

Selain Wilson, mantan pemain Timnas Liberia yang juga hadir bersama kesebelasan Merangin adalah Sengbah Kennedy.

Pemain nasional Liberia ini pernah bermain untuk Arema Cronous dan Persipura Jayapura.

Nama Sengbah Kennedy bersinar saat menjadi Pemain terbaik Divisi Utama Liga Indonesia 2014.

Nama beken lainnya yang juga main di kompetisi antar kabupaten di Provinsi Jambi ini adalah mantan pemain Timnas Indonesia, Jandia Eka Putra.

Jandia Eka Putra menempati posisi sebagai kiper. Dia pernah memperkuat Semen Padang dan PSIS serta sejumlah klub lainnya.

Pemain lainnya yang dicarter Kabupaten Merangin adalah Hanson Herman yang pernah main di Liga Singapura, Zikri Akbar mantan pemain Mitra Kukar, dan Irsyad Maulana mantan pemain Semen Padang.

"Pertandingan ini bakal seru, dan akan menjadi tontonan yang menarik bagi kita semua," kata Al Haris, Bupati Merangin.

Bupati Merangin Al Haris mengatakan, kehadiran para asing tentunya menjadikan Gubernur Cup Jambi 2019 ini sebagai ajang pertarungan sengit dalam perebutkan gelar juara. (*)

Dijanjikan Gaji Rp 30 Juta, Tiga Gadis Muda Jadi Korban Perdagangan Manusia

ilustrasi

POLRES Nabire di Papua tengah menangani kasus dugaan perdagangan manusia yang menimpa tiga wanita asal Bandung, Jawa Barat, berinisial HW (16), AD (17) dan D (18).

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal pada Sabtu (5/1/2019) mengatakan, ketiga wanita itu awalnya diamankan di salah satu tempat karaoke di Nabire, Senin (31/12/2018).

Ketiganya diamankan setelah adanya laporan dari salah satu orangtua korban di Polda Jawa Barat, 13 Desember 2018 lalu.

Dari ketiga wanita tersebut, dua di antaranya ternyata masih berstatus pelajar.

"Kasus ini terungkap setelah salah satu orangtua dari wanita remaja tersebut melapor ke Mapolda Jawa Barat pada tanggal 13 Desember 2018, bahwa anaknya menjadi korban perdagangan manusia dan dibawa ke Kabupaten Nabire Provinsi Papua," kata Kamal.

Dari keterangan para korban, mereka direkrut oleh orang berinisial FA dan mami B dengan iming-iming gaji sebesar Rp 30 juta sebulan.

Untuk mengelabui petugas, mami B membuat surat domisili dengan menambah umur AD dan HW menjadi 21 tahun atau usia yang dianggap dewasa menurut hukum.

Saat ini, ketiga korban sudah diterbangkan ke Bandung, dan didampingi anggota Mapolda Jawa Barat.

FA dan mami B yang sudah diamankan kini terancam hukuman pidana sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 dan Pasal 12 KUHP tentang perdagangan orang dengan ancaman hukuman denda Rp 600 juta dan hukuman penjara 15 tahun.

Dari kejadian ini, Kamal berharap kepada para orangtua untuk lebih ketat lagi dalam mengawasi anak-anaknya, apalagi yang sudah menginjak masa remaja dan rentan terhadap hal-hal negatif, mudah terhasut, dan ingin mencoba hal-hal baru.

"Karena di masa remaja tersebut keingintahuan mereka terhadap hal-hal yang baru sangat tinggi," pungkas Kamal. (sumber: kompas.com)

Khofifah Indar Parawansa Tak Ragu Dukung Joko Widodo Dua Periode, Begini Alasannya



MILENIALNEWS - Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa, memberi dukungan agar Joko Widodo dua periode. Dia tanpa ragu mendukung Jokowi kembali jadi presiden.

Khofifah Indar Parawansa mengatakan, program yang dilakukan oleh Joko Widodo selama ini selalu mengajak masyarakat Indonesia agar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

“Program-program dari janji-janji Joko Widodo sebagian besar sudah terlaksana. Seperti misalnya, beliau ingin Pertamina di atas Petronas, itu sudah terlaksana," ungkapnya, Rabu (26/12/2018).

Dia melajutkan gerakan dan kegigihan Jokowi merebut mayoritas saham PT Freeport adalah keberhasilan besar, yang kembali mengajak masyarakat Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.

"Dengan memiliki saham mayoritas Freeport (51 persen) dan itu sudah,” ujar Khofifah, usai menghadiri deklarasi JKSN Lamongan.

Khofifah menjelaskan, beberapa hal itu jadi beberapa indikator yang sudah berhasil dilaksanakan Jokowi sebagai Presiden.

“Begitupun Blok Mahakam sudah 100 persen dimiliki oleh Bangsa Indonesia, juga Blok Rokan sudah 100 persen dimiliki Indonesia,” jelasnya.

Sementara mengenai infrastruktur akses jalan tol, Khofifah menyatakan, sudah ada dalam perencanaan.

Dengan di sebelah kanan maupun kiri akses jalan tol diharapkan bisa segera dibangun pusat-pusat industri, sehingga tidak mengganggu ketahanan dan kedaulatan pangan.

“Jadi ini akan menjadi akses penguatan ekonomi masyarakat. Akses untuk mendekatkan lapangan kerja untuk masyarakat, dan akses untuk membangun,” tutur dia. (sumber:kompas.com)

Baca Juga:

Efli Manik Guru Cantik di SD Cinta Rakyat Pematang Siantar Ditemukan Mengapung di Parit

Mantan Pacar Elfi Manik Diperiksa Polisi, Penyebab Kematian Masih Diselidiki

Mantan Pacar Elfi Manik Diperiksa Polisi, Penyebab Kematian Masih Diselidiki

Elfi Manik (foto: facebook)


MILENIALNEWS - Polisi masih melakukan penyelidikan atas kematian Elfi Manik seorang guru di SD Cinta Rakyat 3 Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Elfi Manik ditemukan tewas tak bernyawa di parit pada 22 Desember 2018 lalu, setelah sebelumnya dinyatakan hilang selama dua hari.

Hingga kini penyelidikan atas kematian perempuan yang juga guru di Bimbel Ganesha Operation itu belum terungkap.

Iptu Hengki Siahaan, Kanit Jantanras Polres Simalungut mengatakan belum bisa memastikan penyebab tewasnya Elfi Manik, apakah perampokan atau unsur sakit hati.

"Ini masih dalam penyelidikan. Kami sudah tempat kejadian perkara," ungkap Iptu Hengki Siahaan, Rabu (26/12/2018) dilansir dari Tribun Medan.

Dia mengatakan Tim Jatanras Polres Simalungun saat berada di irigasi sawah lokasi pemenuam jasad Elfi Manik, menemukan tas dan dompet korban dalam keadaan kosong.

Polisi juga sudah memanggil mantan pacar Elfi Manik yakni Ferdi Erdi Siadari (26) dan juga pacar Ferdi saat ini.

Ferdi Siadari mengaku sudah diperiksa polisi terkait kematian Elfi Manik. “Aku juga baru tahu dari pacarku kalau dia (korban) meninggal," ungkap Ferdi Siadari.

Dia menyebut beberapa jam setelah mengetahuinya, dia dihubungi polisi dan meminta untuk bertemu.

Dia menyebut polisi menanyakan terkait dengan kedekatan dirinya kepada korban. Ferdi mengisahkan mengenal Elfi Manik pada tahun 2017.

Mereka semakin dekat karena sama-sama berprofesi sebagai guru. Kisah asmara mereka hanya berlangsung hingga delapan bulan.

“Aku tidak tahu menahu tentang kasus ini. Pada saat kejadian aku lagi sama pacarku,” katanya.

Dia juga menyebut sejak hubungan asmara mereka bubar, tidak ada lagi komunikasi yang berlanjut, juga di media sosial.

“Mulai saat itu, kami tidak pernah lagi komunikasi karena aku juga sudah punya pacar,” pungkasnya. (*)

Baca Juga: Efli Manik Guru Cantik di SD Cinta Rakyat Pematang Siantar Ditemukan Mengapung di Parit

Efli Manik Guru Cantik di SD Cinta Rakyat Pematang Siantar Ditemukan Mengapung di Parit



MILENIALNEWS - Efli Manik, Guru SD Cinta Rakyat 3  Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, ditemukan tewas tak bernyawa, Sabtu (22/12/2018).

Elfi Manik yang juga mengajar di Bimbingan Belajar Ganesha Operation Pematang Siantara itu sebelumnya sempat dilaporkan hilang sebelum akhirnya ditemukan tak bernyawa.

Rekan kerja Elfi Manik, Veronika Pintubatu, mgnatakan korban ditemukan dengan luka lebam di beberapa bagian di tubuhnya. Tak ada luka tusukan di tubuh Elfi Manik.

"Luka lebam saja. Pakaiannya juga masih lengkap pas ditemukan," katanya. Elfi ditemukan tewas mengapung di parit di Nagori Laras Dua, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

Veronika mengungkapkan, saat ditemukan, smartphone dan kartu ATM milik Elfi sudah tidak ada lagi. Diduga Elfi merupakan korban perampokan dan pembunuhan.

Veronika mengaku terakhir bertemu dengan Elfi yakni Kamis lalu. Orang tua Elfi sudah mengumumkan tentang kehilangan Elfi.

Kata Veronika, yang bekerja di Ganesha Operation, dia memang tidak terlalu sering berkomunikasi dengan Elfi, karena mereka beda bagian di Bimbel GO itu.

Elfi Manik diduga korban pembunuhan. Hingga kini polisi masih menyelidiki kasusnya untuk mengungkap motif dan pelakunya.  (*)

Update: Mantan Pacar Elfi Manik Diperiksa Polisi

Tsunami Selat Sunda Bikin Didik Fauzi Dahlan Terlempar Ratusan Meter, Istri dan Anak Meninggal

Didik Fauzi Dahlan


MILENIALNEWS - Dahsyatnya tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu 22 Desember 2018 dikisahkan oleh seorang di antara korban selamat, Didik Fauzi Dahlan.

Tsunami Selat Sunda sendiri telah merenggut nyawa ratusan orang, dan hingga kini masih banyak yang belum ditemukan.

"Tiba-tiba air datang saja," ungkap Didik Fauzi Dahlan, Senin (24/12/2018). Dia saat itu sedang bersama pegawai PLN di acara gathering.

Istrinya, Briliyan Parmawati dan anaknya keduanya, Fahmi Razindra Dahlan (8), meninggal dalam tsunami ini. Didik bersama anak pertamanya, Narina, berhasil selamat.

Fauzi mengungkapkan dia bersama keluarganya saat itu mengikuti gathering PT PLN di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Posisinya saat itu di bangku paling depan. Dia bersama istri dan kedua anaknya.

Tiba-tiba dilihatnya panggung hiburan yang sedang menghadirkan Grup Band Seventeen dan sejumlah artis itu roboh. Lalu air menghantam dan menyeret semua barang dan orang-orang di sana.

"Mungkin saya terlempar kira-kira ada 500-an meter. Yang saya ingat saya melewati tiga pohon," ungkapnya.

Dia berusaha pegangan ke satu pohon namun terlempar lagi, pegangan lagi ke pohon yang kedua juga terlempar lagi.

"Pada pohon Ketiga baru berhenti di situ, dan itu sudah di atap bangunan. Atap bangunan turun saya ikut turun," tutur dia.

Dia lalu berenang di antara reruntuhan pohon dan puing bangunan, untuk mencari anak dan istrinya. Empat kali dia berenang berputar-putar, tiba-tiba dia mendengar suara anaknya pertamanya, Narina.

"Ayah-ayah. Terus saya ambil dan saya bawa berenang ke pinggir," ujarnya. Dia berenang lagi mencari istri dan satu anaknya lagi. Tapi dia tidak bisa berenang jauh-jauh karena anaknya tidak mau ditinggal.

"Kondisi malam itu gelap," imbuhnya. Fauzi menceritakan, saat upaya penyelamatan korban yang masih hidup malam itu, ada yang berteriak bahwa air kembali naik.

Dia kembali berenang ke pinggir dan menyelamatkan anaknya, Narina. "Tenaga juga sudah habis, ya sudah saya bawa anak saya menyelamatkan diri dulu. Saya pikir istri dan anak saya mungkin sudah diselamatkan lainnya," katanya lagi.

Istri dan anaknya baru ditemukan pada esok harinya dalam kondisi meninggal dunia.

"Driver saya selamat dan baru ketemu siang hari di pengungsian di masjid. Saya minta tolong untuk kembali ke sana (lokasi) mencari istri dan anak saya, bagaimanapun keadaannya tolong lapor," tambah Fauzi.

Siang hari, akhirnya dia mendapat kabar dari sopirnya tersebut.

Kedua orang yang dicintai dan dikasihinya itu, siang tadi telah dimakamkan di pemakaman umum Desa Sambi, Kecamatan Sambi, Boyolali. Di kampung halaman Fauzi. (*)

Egy Maulana Vikri Mainkan Debut Di Liga Tertinggi Polandia, Lechia Gdansk Menang Besar

Aksi Egy Maulana Vikri di Liga Utama Polandia, Minggu (23/12/2018)


MILENIAL NEWS – Pemain muda berbakat Indonesia, Egy Maulana Vikri, akhirnya menjalani debut di liga tertinggi Polandia.

Egy Maulana yang bermain untuk klub Lechia Gdansk turun sebagai pemain pengganti di laga debutnya itu, Minggu (23/12/2018).

Egy Maulana Vikri mengaku senang atas kesempatan yang diberikan kepadanya melakoni debut di Liga Utama Polandia. Sejak bergabung dengan Lechia Gdansk tahun lalu, Egy Maulana masih bermain untuk tim junior.

“Terimakasih kepada rekan-rekan dan pelatih yang memberikan kesempatan kepada saya,” ucap Egy Maulana dalam akun instagramnya yang memiliki 1,3 juta pengikuti.

Pada laga tersebut Lechia Gdansk menang dengan skor telak 4-0 atas lawannya. Egy bermain sebagai pemain pengganti yang diturunkan pada menit 82. Egy Maulana bermain selama 8 menit waktu normal.

“Egy layak menjalani debut. Segala sesuatunya berjalan dengan baik. Egy telah menantikan kesempatan ini,” kata Stokowiec Pelatih Lechia Gdansk, dikutip dari Sportowe Fakty.

Dia menyebut pertandingan ini jadi modal bagus untuk Egy Maulana Vikri. “Ini menjadi modal untuk sejumlah pertandingan berikutnya,” tutur pelatih itu. (*)

Enam Tentara Tewas Akibat Ulah Gerakan Separatis

Enam tentara tewas dann empat lainnya terluka akibat ledakan bom  yang di jalan, yang diduga ditanam militan Islam di Propinsi Pattani, Thailand selatan, Senin (19/6/2017).
Enam tentara Thailand mencari pecahan bom di area ledakan di Pattani, Thailand, Senin (19/6/2017).
(Reuters/Surapan Boonthanom)

Gerakan separatis berusia puluhan tahun di sebagian besar etnis Melayu di tiga provinsi yakni Yala, Pattani, dan Narathiwat, telah membunuh lebih dari 6.500 orang sejak 2004.

Serangan bom terbaru, yang ditanam di jalan, meledak saat serombongan tentara melakukan ronda berkala, kata Kepala Kepolisian Daerah Pattani, Kolonel Pruk Liangsukwho, sebagaimana dilaporkan Reuters.

"Itu tampaknya dilakukan oleh kelompok kekerasan di daerah itu, karena wilayah itu termasuk dalam daerah merah," kata Pruk merujuk pada daerah dengan tingkat kekerasan pemberontak yang sangat tinggi.

Namun, juru bicara militer belum memberikan tanggapan. Seperti kebanyakan kekerasan serupa di Thailand selatan, belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut.

Kekerasan melanda tiga provinsi di wilayah selatan Thailand itu dalam beberapa dasawarsa terakhir dengan intensitas tinggi pada 2004. Namun, jarang meluas ke luar dari tiga wilayah itu.

Sebuah serangan bom mobil bulan lalu melukai puluhan orang di luar sebuah supermarket di kota Pattani.

Kekerasan di Thailand selatan itu biasanya meningkat selama bulan suci Ramadhan, yang tahun ini akan jatuh pada hari Minggu (25/6/2017).

Pemerintah militer Thailand, sejak tahun 2015, mengadakan perundingan yang dimediasi oleh Malaysia untuk mengakhiri kekerasan, namun prosesnya kini terhenti.(kompas.com)
Perempuan Telanjang Jatuh Karena Asyik Bercinta

Perempuan Telanjang Jatuh Karena Asyik Bercinta

TRIBUJAMBI.COM - Seorang perempuan asal Inggris terjatuh dari balkon dalam kondisi telanjang di sebuah hotel di wilayah Adeje, Spanyol, saat keasyikan bercinta dengan suami. Demikian dilansir Daily Mail, Rabu (23/11/2011).

Perempuan itu dalam kondisi telanjang dengan kepala berada dalam posisi bawah dan tersangkut di tangga hotel. Perempuan berusia 49 yang hanya diketahui dengan inisial AMAM jatuh dan diselamatkan dari lantai dasar karena kaki kanannya tersangkut di tangga.

Ia mengalami luka di bagian kepala dan petugas pemadam kebakaran terkejut melihat kondisi perempuan itu. Ia mengalami retak pergelangan kaki dan dibawa ke RS. "Ia beruntung karena kakinya terhalang dan tidak jatuh bebas ke lantai dasar. Namun, nasib buruknya pergelangan kakinya patah, telanjang, dan tak bisa membebaskan dirinya dari tangga itu," demikian disampaikan juru bicara kepolisian setempat.

 sumber:tribunjambi

Petani Karet di Jambi Terjerat Tengkulak

Seorang petani menyadap karet. TRIBUNJAMBI/SUANG

MUARA BULIAN, TRIBUN - Akibat rumitnya tata niaga karet, petani karet di Batanghari akhirnya memilih menjual getah karetnya ke tengkulak. Selain lebih mudah, tengkulak juga bersedia membayar sebelum getah dikirimkan. Sehingga tidak perlu proses lelang, yang mengharuskan ada barang, ada uang.

Belum lagi, ongkos angkut ke tempat pelelangan tidak sedikit. Kondisi ini membuat petani karet kecil memilih ke tengkulak. Begitu juga kalau menjual ke pabrik, petani disyaratkan memiliki delivery order (DO). Sehingga hanya petani karet klasifikasi besar yang bisa memenuhi persyaratannya.

"Diduga kondisi itulah yang membuat kalangan petani lebih memilih ke tengkulak, tak peduli mereka membeli karetnya dengan model ijon. Imbasnya, petani karet dengan lahan satu hingga tiga hektare akhirnya menjadi bulan-bulanan tauke. Merek bisa mendiktekan harga dengan memberikan sejumlah kemudahan.

"Ironisnya, tidak sedikit petani justru mengaku terbantu dengan kondisi ketergantungan itu. Ipul semisal, petani karet di Kecamatan Muara Bulian, dia mengaku lebih memilih menjual ke tauke atau tengkulak karena bisa menjual getah kapan saja, dan bayarannya saat itu juga.

"Harganya lumaya bagus. Sekarang kami jual getah Rp 14.500 per kilo. Kalau jual sepikul (100 kilogram), duitnya sudah lebih dari satu juta," katanya, Sabtu pekan lalu.

Bapak empat anak ini menambahkan, selama ini tengkulak tempatnya menjual karet juga selalu memberikan kemudahan, termasuk mendapatkan apa yang diinginkan. "Kalau mau pinjam uang pasti dikasih. Pembayarannya dilakukan dengan cara dipotong setiap kali menimbang getah," ungkapnya.

Asnawi, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Disbun menyebut, sebagian besar petani tergantung ke tauke penjualannya, bahkan kemungkinan mencapai 80 persen.

"Petani enggan menjual ke Pasar Lelang di Panerokan, Kecamatan Bajubang, karena pertimbangan biaya angkut. Ke pabrik, bagi petani kecil kendalanya tidak punya DO.

"Kalau bawa ke pasar lelang biayanya cukup besar. Selain itu, sebagian besar petani kita sudah terikat dengan tengkulak. Petani terjerat utang kepada taukenya," ungkapnya. (suang)

Sumber: disini

Ikhlaskah Rakyat Memberin Uangnya untuk Parpol?


MUARA BULIAN, TRIBUN- Bantuan keuangan untuk 12 partai politik yang memperoleh suara di DPRD Batanghari terbilang cukup besar. Total dana yang akan dikucurkan tahun ini untuk bantuan keuangan parpol mencapai Rp 774 juta. 

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Batanghari nomor 397 tahun 2011, besaran bantuan yang diterima parpol tergantung jumlah suara yang diperohnya pada pemilu legislatif 2009. Besar bantuan per satu suara senilai Rp 7.710. Bantuan terbesar diperoleh Partai Golkar sebagai peraih suara terbanyak.

"Ada ketentuan cara menghitung besaran bantuan untuk keuangan parpol. Besar bantuan yang akan diberikan itu ditetapkan dalam Peraturan Bupati,” kata Sulaiman Efendi, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol Linmas) Kabupaten Batanghari, Kamis (3/11).

Bantuan yang diterima oleh partai politik dalam setahun adalah besar bantuan per suara dikali total perolehan suaranya. Bantuan keuangan diberikan untuk satu tahun anggaran sekaligus. Tiga partai yang memperoleh bantuan terbesar adalah Partai Golkar, Partai Bintang Reformasi, dan PDI Perjuangan.

Selain menetapkan besaran yang diperoleh partai, bupati juga mengeluarkan peraturan bupati tentang pedoman teknis penggunaan bantuan keuangan kepada partai politik. Sulaiman menyebut, secara umum sesuai Perbup, bantuan itu hanya bisa digunakan untuk kegiatan pendidikan politik, dan kegiatan operasional sekretariat.

" Pendidikan politik yang bisa dilakukan adalah yang berhubungan dengan peningkatan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat, peningkatan partisipasi politik, dan peningkatan kemandirian dan karakter masyarakat yang selaras dengan budaya dan sejarah bangsa,” jelas Sulaiman.

Sementara untuk kegiatan operasional sekretariat, ucapnya, bantuan keuangan itu bisa digunakan untuk administrasi umum sekretariat, seperti membeli alat tulis kantor, rapat internal sekretariat, dan ongkos perjalanan dinas dalam rangka mendukung kegiatan operasional sekretariat.

" Bila bantuan keuangan itu dipergunakan untuk kegiatan yang sudah diatur dalam Perbup tersebut, itu dinyatakan menyalahi aturan. Partai yang bersangkutan diharuskan untuk mengembalikan dana yang tidak tepat sasaran itu ke kas negara. Itu akan menjadi temuan BPK seperti tahun lalu,” terangnya.

Bantuan keuangan partai politik di Kabupaten Batanghari tahu 2010 menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Jambi. Realisasi pengeluaran parpol atas bantuan yang diterima dari pemda dinyatakan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp 243 juta.

Penggunaan yang tidak sesuai oleh 11 partai politik adalah adanya pembayaran honorarium sebesar Rp 191 juta, dan parpol melakukan pembelian aset sebesar Rp 52 juta. BPK menyebut kondisi itu mengakibatkan penggunaan dana senilai Rp 243 juta tidak efektif.

" Kami tidak ingin lagi ada penggunaan dana yang tidak sesuai peruntukan, dan akhirnya nanti menjadi temuan BPK. Ini mendorong kami untuk membuat pelatihan penggunaan dan pertanggungjawaban bagi pengurus parpol penerima bantuan keuangan yang ada di Kabupaten Batanghari ini,” ungkapnya. (suang stg)

sumber: tribunjambi

Ada yang Belum Sempat Kutanyakan

Ada yang Belum Sempat Kutanyakan


TERAKHIR kali kubertemu dengannya sekitar setahun yang lalu. Ia begitu tegar menghadapi kehidupan. Seorang diri menghidupi keluarganya. Seorang perempuan yang telah ditinggal mati oleh suaminya.


Aku melihat sebuah kekuatan yang dahsyat dalam dirinya. Aku nggak yakin kekuatan sebesar itu ada dalam diriku. Kekuatan menghadapi segala aral melintang dalam kehidupan. Ketabahan menerima cobaan dan bangkit dari keterpurukan hidup yang kerap diterimanya.

Seorang perempuan itu menghidupi anak-anaknya dengan cucuran keringat yang diteteskannya setiap hari. Ia bukan seorang yang berpendidikan, tapi semangatnya memberikan pendidikan yang tinggi bagi anak-anaknya membuatku merasa haru yang mendalam. 

Betapa cintanya ia pada anaknya. Ya, ternyata cinta tiada batas yang diberikannya, dan itulah alasannya memperjuangkan anaknya.

Namun, ada satu hal yang belum sempat kutanyakan padanya. Dari mana ia mendapatkan cinta itu? Siapa gerangan yang menuntunnya menyerahkan cinta tanpa batas itu?

Sesaat kupandangi bola matanya. Aku terkagum dan semakin takjub. Pancaran cahayanya menyinari setiap bola mata yang memandangnya, memberikan semangat hidup. Sinar matanya mengajari arti sebuah perjuangan hidup, tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.

“Dunia ini bukan tempat untuk para pecundang,” mungkin itu yang ingin disampaikannya lewat cahaya yang selalu keluar dari matanya itu. Entahlah, tapi aku merasa demikian, dan pancaran cahaya itu terlalu dahsyat mengguncang jiwaku, merobohkan semangat egoisme yang berkibar terlalu lama dalam sanubariku.

Aku terus terdiam, dan tak mampu mengucapkan apa pun kepadanya. Pun tak mampu aku melempar bahasa isyarat penganti sejuta bahasa yang ingin kusampaikan. Aku sudah cukup tersihir olehnya.

Kutundukkan kepalaku, mencoba menerawang jejak-jejak kakinya. Terlalu jauh aku berpikir, hingga tak bisa kubentuk sebuah imaginasi tentang hidupnya. Kini yang malah melang melintang didalam sebuah otak yang terlalu kecil ini adalah jejak langkahku selama belasan tahun.

Tidak. Aku mencoba melupakannya. Kugeleng-gelengkan kepalaku. Tak kusadari, ada sebutir air mata yang menetes, meyentuh ibu jari kakiku, lalu buyar menyusup ke tanah gersang yang sedang kuinjak. Butiran yang sama menetes lagi. Kupenjamkan mataku, agar tidak bertambah yang menetes. Namun aku gagal. Butiran bernama air mata itu terus menetes. 

“Aku minta maaf,” kataku dalam hati. Tidak ada yang mampu kuungkapkan, tidak ada pula yang mampu kutanyakan padanya. Aku hanya diam, dan berharap besok ada keberanianku untuk bertanya semua yang belum sempat kutanyakan hari ini. 

Jambi, 7 Juli 2011

Orang Rimba Di Persimpangan Jalan

Bersama orang rimba pertengahan tahun 2010
MASIH lestarikah tradisi orang rimba 50 tahun lagi? Pertanyaan ini dilemparkan beberapa teman diskusiku dalam beberapa pekan terakhir ini. Ada yang bilang masih, tapi ada pergeseran ritual dan nilai. Ada teman yang ekstrim, langsung pesimis ada tradisi dan budaya orang rimba yang masih tersisa menjelang tahun 2100.

Aku sendiri tidak bisa memberikan argumen. Disatu sisi aku ingin mengatakan tradisi itu akan hilang seiring dengan pesatnya laju kerusakan hutan di kawasan barat Provinsi Jambi. Namun disisi lain aku masih yakin ada tradisi yang berhasil dilestarikan, karena masih ada segelintir orang yang peduli dengan nasib mereka.

Orang rimba merupakan sebuah kelompok masyarakat yang tinggal di dalam kawasan hutan. Hingga kini mereka mayoritas hidup di dalam hutan, dan mengandalkan hasil hutan untuk memenuhi kehidupannya, namun senantiasa menjaga kelestarian hutan. Mereka yang menjadi benteng terakhir hutan Jambi itu, semakin tercabik-cabik oleh derasnya arus pembukaan hutan yang dilakukan konglomerat.

Dalam sebuah kesempatan medio tahun 2010, saya berkesempatan berbincang dengan Temenggung Jelitai (sebagian teman menusinya Celitai). Pria bertubuh gempal, yang merupakan satu diantara ketua kelompok suku itu mengatakan dirinya sudah tak punya daya lagi mempertahankan hutan yang diwariskan dan ditugaskan nenek moyangnya untuk terus dijaga dan dilestarikan itu.

Dua bulan kemudian saya bertemua dengan Temenggung yang lain. Ia pun menungkapkan hal yang sama. Mereka semakin lama semakin terdesak. Hutan semakin habis, dan diganti dengan kebun sawit milik warga desa dan perusahaan besar yang dimiliki konglomerat Jakarta. Mereka sudah tak sanggup lagi membendung kegiatan secara besar-besaran itu.

Strategi dari pemilik modal yang melakukan investasi di hutan yang dilepaskan oleh pemerintah itu memang tidak mampu diimbangi orang rimba yang tidak pernah sekolah dan tidak bisa menuliskan namanya itu. Mereka larut dalam permainan, dan akhirnya semakin lama semakin tersingkir. Menemukan orang rimba saat ini tidak lagi harus ke hutan. Mereka kerap masuk ke kota untuk mengemis.

"Hutan sudah tidak ada lagi. Sulit dapat buruan, sulit mencari buah-buahan. Hasil hutan yang mau dijual ke desa juga sudah sulit," kata Temenggung Jelitasi saat itu. Hasil hutan yang dulu sering mereka jual berupa rotan dan jernang. Kedua komoditi itu semakin sulit didapat karena habitatnya dihabisi pengusaha kelapa sawit.

Menyempitnya hutan itu telah membuat mereka semakin sulit melaksanakan tradisinya. Ada berberapa tradisi orang rimba yang eksotis, seperti penyembuhan orang sakit, tradisi melangun (berpindah saat anggota kelompok meninggal), hingga tradisi menikah.

Orang rimba menikah pada saat musim buah. Namun pohon buah-buahan itu kini sudah semakin jarang ditemui, dan di dalam hutan tidak jelas lagi kapan musim buah. Dukun yang memberkati pasangan pengantin pun sudah kehilangan 'resep' yang akan diberikannya kepada pengantin itu. Temenggung hanya tersenyum ketika saya minta kepadanya agar memberikan kesempatan menyaksikan ritual yang menurut mereka sangat sakral itu. Tidak ada kata boleh, dan tidak ada kata tidak boleh.

Pasar Tembesi, Tanah Perjuangan yang Terlupakan

Bangunan bersejarah di Pasar Tembesi
Ada satu istilah Sang Proklamator Bung Karno yang begitu mengena dan selalu diingat  bangsa ini. Jas merah yang bermakna jangan sekali-kali melupakan sejarah. Salah satu tempat sejarah perjuangan bangsa yang tak boleh dilupakan adalah  Kelurahan Pasar Tembesi, Kecamatan Muara Tembesi, Batanghari. 

MATAHARI  tepat di atas kepala ketika Tribun tiba di daerah yang berjarak sekitar 20 kilometer dari ibukota kabupaten, Muara Bulian. Nuansa tempo dulu mulai terasa ketika mulai masuk sekitar satu kilometer menuju tempat itu. Jalan menuju tempat itu dulunya merupakan jalan lintas Sumatra, namun kini jalan itu sudah dialihkan. Bus tak lagi melintasi daerah itu. 

 
Bangunan-bangunan tua dengan mudah ditemukan di sana. Bangunan tersebut berupa rumah, kantor, dan sebuah benteng. Namun tempat yang oleh masyarakat disebut benteng itu bukan seperti bangunan benteng pada umumnya, yang dilengkapi dengan meriam dan tempat untuk membidik musuh.
 

Bachtiar (91), seorang pelaku sejarah yang hingga kini bermukim di kelurahan itu menceritakan, benteng itu dulunya merupakan markas besar tentara Belanda. Ada satu kompi pasukan yang ditugaskan Belanda di bangunan berbentuk segi empat. 

"Saya dulu masih melihat tentara Belanda bertugas di sana, dan merasakan bagaimana hidup pada masa penjajahan,” katanya kepada Tribun, Selasa (18/5). Ia menyebut benteng yang menghadap ke Sungai Batang Tembesi itu dulunya menjadi tempat yang paling megah dan paling besar di sekitar wilayah itu.
 

Bukan hanya Belanda, pasukan Jepang pun pernah tinggal di benteng ini. Namun Jepang tidak bertahan lama. Begitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tentara Jepang pun mundur tanpa tersisa satu pun. Namun tak lama setelah itu, Belanda melalui Agresi Militer II kembali masuk ke Pasar Tembesi. 

"Benteng itu kembali dikuasai tentara Belanda, mereka mengusir tentara keamanan rakyat (kini TNI) yang mengisinya saat Jepang pergi,” ungkapnya.
 

Berbagai upaya diplomatik yang dilakukan pemimpin negara pada saat itu membuahkan hasil. Pasar Tembesi dikembalikan kepada Indonesia oleh Belanda. "Saat itu tahun 1949. Bung Hatta datang ke Pasar Tembesi ini untuk menerima penyerahan kedaulatan dari Belanda,” ucap pensiunan PNS yang sudah punya 62 cucu dan 23 cicit itu. 
 
Kenangan atas kedatangan Bung Hatta itu masih terus membekas di dalam ingatannya. "Itu kenangan yang tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat di sini, terutama yang melihatnya langsung,” ujarnya.
Wakil presiden pertama Indonesia itu, katanya, tiba di Pasar Muara Tembesi pada hari Jumat pagi. Ia tidak ingat lagi tanggal dan bulannya. 


Mendengar Bung Hatta akan datang, warga  berkumpul dan siap-siap menyambut kedatangannya. Mereka terus menunggu, padahal Bung Hatta sudah berada di tengah-tengah warga yang menunggu sedari pagi itu.  

"Dia (Hatta) tanya, kalian sedang menunggu siapa? Warga yang berkumpul menjawab menunggu Bung Hatta. Mereka baru tahu yang bicara dengan mereka itulah yang mereka tunggu-tunggu setelah seorang yang sudah mengenalnya langsung memeluk dan menyalaminya. Semua yang disitu sangat terkejut,” tutur pria yang masih tampak bugar di usianya yang sudah senja itu.

Mohamammad  Hatta lalu menemui pimpinan militer yang betugas di Kawedanan Muara Tembesi, dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah kontrouler.  Pasar Tembesi ini dulu menjadi pusat pemerintahan, yang ruang lingkupnya sangat luas,"  ujarnya. 

Penyerahan kedaulatan itu dilaksanakan dalam sebuah upacara yang dilaksanakan di kawedanan. Tempat itu masih terlihat utuh, dan kini digunakan sebagai kantor lembaga perwakilan masyarakat (LPM).  Penyerahan kedaulatan Indonesia atas Pulau Sumatra dilaksanakan di sini. Ini tempat yang sangat bersejarah,” sebut Bachtiar. 


Namun tempat penyerahan kedaulatan negara, yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi itu jauh dari kesan dipelihara. Bangunan yang terbuat dari kayu jenis tembesi, yang terkenal sangat kuat itu, seperti terasing di tengah era gedung-gedung tingkat. Tidak ada pemugara, jauh dari perawatan. 


Bachtiar menyebut, suatu kali legiun veteran Jambi mengunjungi tempat yang sangat dibanggakannya karena menjadi saksi bisu perjuangan itu. Apa kata legiun veteran melihat kondisi itu?  Mereka hanya bisa menangis melihat kondisi bangunan-bangunan ini. Saya kira semua bisa tahu mengapa mereka harus menangis setelah melihat kondisi bangunan itu,” ucap ayah 14 orang anak itu. (suang sitanggang)


Link: http://jambi.tribunnews.com/2011/05/20/pasar-tembesi-kebanggan-bung-hatta

Scooter Satukan Jiwa Pengagumnya

Deru mesinnya terdengar garang. Kepulan asap berwarna putih kehitaman menyembul dari knalpot, terbang tinggi menuju angkasa. Puluhan pecinta scooter yang sedang ngumpul dil Lapangan Garuda menikmati suasana itu.  
TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG

BENI, seorang diantara pecinta dan pemilik scooter itu berdiri di samping scooternya yang bernuansa ekstrim. Scooter yang punya aneka warna itu memiliki tambahan dua roda di samping kiri, yang berfungsi menopang sebuah tempat duduk tambahan, yang dirakit untuk penumpangnya.

Pria berkulit putih itu bukanlah warga Jambi. Ia datang jauh-jauh dari bumi sriwijaya ke bumi serentak bak regam, Kabupaten Batanghari, untuk menghadiri acara ulang tahun scooter of batanghari yang ke 10. "Rombongan kami berangkat Jumat pagi, dan baru tiba disini Sabtu pagi," katanya kepada Tribun.

Perjalanan satu hari satu malam itu mereka tempuh dengan meunggangi scooter masing-masing. Dalam perjalalan itu, ucapnya, sempat terjadi trouble, sehingga waktu perjalanannya semakin lama. Harusnya, menurut pengalamannya, mereka sudah bisa sampai di Jambi Jumat (22/4) malam.

"Begitulah perjalanan naik scooter. Kendaraan yang sudah tua kadang membuat perjalanan tidak bisa mulus. Tapi justru disitu juga seni dan kenikmatannya," ucap pria berkulit putih itu, minggu (24/4).

Ia menjelaskan, ketika scooter dari seorang rombongan mogok atau rusak, anggota yang lain tidak akan meninggalkannya. Semua akan membantu memperbaikinya secara bersama-sama. Semua suka dan duku dalam perjalanan menjadi milik bersama. "Apa yang dirasakan kawan harus kita rasakan juga. Susah senang kita sama-sama," ucapnya.

Joni Vespa, satu diantara pendiri Scooter of Batanghari, juga mengungapan hal yang sama. Dalam klub scooter,  katanya, yang paling ditanamkan dalam diri anggota adalah kebersamaan dan kekompakan. "Kami sudah seperti sebuah keluarga. Bukan hanya dengan anggota satu klub saja, tapi juga dengan anggota klun scooter di daerah lain," ujarnya.

Adanya jiwa persaudaraan dan kebersamaan itu pula yang menurutnya mebuat semua klub scooter dari semua kabupaten dan kota di Jambi, dan beberapa dari luar Propinsi Jambi, datang dan berkumpul di Muara Bulian selama dua hari. Scooter yang hadir dari berbagai tipe, mulai dari yang standar hingga ekstrim.

"Semua datang dengan biaya sendiri. Kami juga tidak menyiapkan tempat bagus untuk tempat mereka tidur dan istrahat. Semua satu rasa tidur dan istrahat di dalam tenda yang kami bangun di lapangan ini," tuturnya.
Pria yang sudah naik scooter hingga ke negeri rencong itu menyebut pecinta scooter bukanlah orang-orang yang tidak tahu aturan, dan bukan pula warga negara yang berhati jahat. Tampilan anak jalanan yang banyak terlihat pada diri anak scooter sesungguhnya hanya menunjukkan kesan kesederhanaan.

"Mungkin ada yang penampilannya seram, tapi saya yakin hati anak-ana scooter itu selalu baik. Iman anak scooter berpenampilan asal-asalan itu juga tak saya ragukan," ujarnya sembari mengangkat kedua jempol tangannya, menggambaran rasa kagumnya akan iman anak scooter. Selain itu, ia juga menyebut anak scooter bukanlah anak mami, dan bukan orang yang suka membeda-bedakan manusia.

Pada hari ulang tahunnya yang ke-10 kemarin, Scoobari dan anak scooter yang lain tidak sekedar kongkow dan konvoi. Ada kegiatan sosial yang mereka laksanakan bekerjasama dengan dinas kependudukan, catatan sipil dan keluarga berencana (Disdukcapil KB) Batanghari.

Mereka membuat kegiatan sunatan massal, sosialisasi keluarga berencana, pembagian alat kontrasepsi, dan kegiatan yang lain. Semuanya itu diberikan secara gratis kepada masyarakat Batanghari selama sabtu dan minggu kemarin.

"Kami sangat mendukung acara ini. Selain perayaan ulang tahun, mereka memikirkan apa yang akan diberikannya kepada masyarakat. Ini nilai plus untuk sebuah klub scooter, yang telah menunjukkan imej positif dimata masyarakat kita," kata Ardian Faisal, Kepala Disdukcapil KB Batanghari, yang sekaligus sebagai penasehat Scoobari.

Hari sudah terik. Puluhan scooter berbagai bentuk dan unik itu saatnya melakukan touring mengelilingi kota Muara Bulian yang kecil namun bersahaja. Kepulan asap dari knalpotnya membubung menuju langit, memberikan kepuasan bagi para pecintanya, dan menjadi tontonan menarik warga Muara Bulian. (Suang Sitanggang)

Tulisan ini telah dimuat di Harian Pagi Tribun Jambi  ( www.tribunjambi.com )

Debu Untuk Rakyat, Dolar Untuk Pengusaha

Oleh Suang Sitanggang, jurnalis muda yang masih belajar

HAMPIR setiap hari aku menyaksikan sebuah bentuk penjajahan secara tidak langsung kepada rakyat di negeri ini, terutama kepada masyrakat Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Setiap hari masyarakat Batanghari, terutama yang tinggal di pinggir jalan lintas merasakan penderitaan, yang entah mereka sadari atau tidak.

Kabupaten Batanghari merupakan kota lintas. Tiap hari ribuan angkutan barang dan angkutan umum melintas di daerah ini. Kebanyakan angkutan barang, yang datang dari berbagai daerah. Di dalam angkutan itu terdapat berbagai jenis barang yang nilainya jutaan bahkan mungkin ratusan juta rupiah.

Untuk siapa barang itu? Jawabannya bukan untuk masyarakat batanghari. Barang tersebut hanya menumpang lewat saja di daerah yang punya motto serentak bak regam itu. Rakyat hanya menyaksikan berbagai jenis barang, yang mungkin ingin mereka miliki, numpang lewat di hadapan mereka.

Namun yang lebih menyedihkan adalah banyaknya angkutan batubara yang melintas tiap hari. Jumlahnya mungkin antara 400-600 tronton yang mengangkut batubara dari beberapa kabupaten menuju Pelabuhan Talang Duku.

Angkutan itu membawa muatan yang beratnya puluhan ton, yang jelas telah melebihi tonase berdasarkan sumbu kendaraan, dan tak sesuai lagi dengan daya tahan jalan. Akibatnya adalah ruas jalan di Kabupaten Batanghari hancur total. Jalan berubah menjadi kubangan dikala hujan, dan debu beterbangan kala kemarau.

Debu tersebut secara otomatis berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, terutama mereka yang rumahnya berada di pinggir jalan. "Kami hanya makan debu tiap hari," kata Abddulah, seorang warga kepada penulis. Sedangkan keuntungan yang mereka dapatkan dari banyaknya angkutan batubara itu? "Tidak ada, mereka hanya lewat begitu saja, dan jalan ini tiap hari semakin rusak," sebutnya.

Mereka memang tidak dapat apa-apa dari angkutan batubara yang berseliweran tiap hari, selain bibit penyakit yang terkandung dalam debu, yang masuk ke dalam tubuh mereka. Mereka hanya menjadi penonton di negeri sendiri, penonton yang menahan rasa sakit, diatas kegembiraan dan keuntungan yang diperoleh pengusaha batubara.

Sedangkan pengusaha, yang sudah merusak jalan yang dibuat pemerintah untuk kepentingan masyarakat itu, dibiarkannya hancur lebur, tanpa peduli berapa banyak yang sudah menjadi korban atas kerusakan jalan yang diakibatkan angkutannya.

Rasanya di negeri ini memang sulit menemukan bentuk keadilan. Masyarakat selalu hanya menjadi penonton dan penderita atas modal yang ditanamkan oleh pengusaha. Sementara pengusaha terus berkelimpahan dolar, rakyat terus terkungkung bersama debu yang beterbangan. Semoga saja, pemerintah sebagai pengayon rakyat, bisa menjadi penengah, mencari solusi atas derita yang dialami rakyatnya. Semoga.
Back To Top